Mengenal Awal Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia
Ponpes Darussalam – Cara menyebarkan dan mengajarkan agama Islam di Indonesia dilakukan oleh lembaga pendidikan yang dikenal dengan sebutan pondok pesantren. Perannya sangat besar dalam masa-masa awal penyebaran Islam di Nusantara.
Dari sumber nu.or.id, pengamat pendidikan, Darmaningtyas, memiliki pendapat bahwa sejarah pendidikan Indonesia dimulai dari institusi swasta, di lingkungan pesantren dan padepokan. Sementara itu, dalam buku Atlas Wali Songo karya Agus Sunyoto, pesantren disinyalir merupakan hasil Islamisasi sistem pendidikan lokal yang berasal dari masa Hindu-Buddha di Nusantara.
Dalam isi jurnal Al-Ta’dib, Sejarah Ponpes di Indonesia dijelaskan bahwa pesantren mempunyai tiga unsur, yaitu santri, kiai atau guru, dan asrama atau pondok. Banyak orang yang memaknai pesantren semata-mata dengan bentuk bangunan fisik pesantren itu sendiri.
Di sisi lain, tidak sedikit pula yang mengenal pesantren dari perspektif yang lebih luas, yakni perannya dalam penyebaran Islam di indonesia, mulai dari membentuk dan memelihara kehidupan sosial, kultural, keagamaan hingga politik.
Kata pesantren sendiri berasal dari kata santri dengan imbuhan “pe-” di awal dan “-an” di akhir, dapat diartikan sebagai tempat tinggal para santri. Istilah pesantren pada dasarnya merupakan tempat pendidikan Islam tradisional dan di dalamnya terdapat asrama para siswa atau santri. Santri tinggal bersama dan belajar ilmu agama di bawah bimbingan kiai.
Awal mula lahirnya pondok pesantren diduga ketika Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Ampel, mendirikan sebuah padepokan di Ampel, Surabaya, jawa Timur. Namun waktu itu belum disebut pesantren, tapi bisa dikatakan jika yang dilakukan Sunan Ampel menjadi peletak dasar-dasar pendidikan pesantren.
Para santri yang telah belajar dan cukup ilmu di padepokan Sunan Ampel. Kemudian satu per satu pulang ke daerah masing-masing dan mengamalkan ilmunya di sana. Akhirnya para murid Sunan Ampel padepokan seperti apa yang telah mereka dapatkan di Padepokan Ampel. Ulama-ulama besar banyak yang lahir dari padepokan tersebut.
Pada 1899 Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan ponpes Tebuireng di Jombang, kemudian membentuk Nahdlatul Ulama (NU) dan kini menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia. Di tempat lain, rekan seperguruan Kiai Hasyim di Mekkah, Kiai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, mendirikan pusat pendidikan Islam yang lebih modern, namun dengan kurikulum yang sedikit agak berbeda.
Kini, seiring perkembangan zaman, pondok pesantren sudah semakin modern, baik dari kurikulum maupun bentuk bangunannya. Meski begitu, kesederhanaan dan keikhlasan yang digambarkan oleh kehidupan kiai dan para santrinya, menjadi nilai pokok yang harus diteladani dari ajaran kehidupan di pondok pesantren.